GENGSI? BUAT APA?


Ditulis oleh: M. Linggaraka T.H.A.
(Tulisan ini direpost oleh akun resmi "BANGUN! INDONESIA")

Hari ini orang-orang memunculkan rasa gengsi dimana-mana, tidak terkecuali di ranah pendidikan. Saya dulu pernah berpikir demikian, dulunya mau kuliah di universitas favorit di Indonesia. Mau ini lah, itu lah. Saat pengumuman kelulusan perguruan tinggi, ternyata saya belum beruntung, rezeki saya tidak disana.
Sakit hati? Ya. kecewa? Ya... Waktu itu.
Akan tetapi saya mencoba membuka pikiran saya, terlebih setelah mendapatkan wejangan (motivasi) dari guru saya. Kata beliau, "Berapa banyak di negeri ini para pelajar yang ingin masuk di universitas tertentu ternyata di kotori dengan niat 'gengsi', bukan untuk mengenyam pendidikan dengan arti yang sesungguhnya".

Dulu saya juga pernah ingin kuliah di sekolah tinggi kedinasan berbasis ekonomi. Saya berpikirnya karena disana saya akan mudah mendapatkan kerja dan gengsi saya terjaga, khususnya di mata keluarga besar saya. Meskipun sejujurnya saya tidak berminat di bidang ekonomi dan bisa dibilang tidak ahli. Alhasil, saya batal mendaftar di sekolah tinggi tersebut yang pernah menjadi incaran saya sewaktu SMA dulu.

Saya terus mencoba membuka pikiran saya lebih dalam lagi. Dimanakah gerangan tempat yang cocok untuk saya tekuni...

Pengumuman hasil tes pun tiba. Saat melihat, saya lulus di universitas yang dapat dibilang bukanlah universitas favorit di Indonesia. Lantas saja, beberapa orang ada yang nyengir melihat hasil yang saya dapatkan. Marah? bukanlah sebuah solusi. Saya mencoba menenangkan diri dan berbicara pada diri sendiri "Sebenarnya, apa yang perlu saya gengsikan? Masa depan itu, ada di tangan siapa? Di tangan ini, bukan? Ya, tangan ini! Tangan saya!". *Meskipun semuanya kembali kepada Tuhan*.

Di tengah usaha mencoba menegarkan diri, kesedihan itu masih saja terus terlintas atas kegagalan saya menembus universitas idaman. Namun, kutipan ini menguatkan saya kembali, "Kita punya rencana, Tuhan juga. Kita merancang, Tuhan juga. Akan tetapi, rencana Tuhan jauh lebih baik".

Cerita nasib saya di masa lalu semakin menguatkan tekad saya. Dulu saya bersekolah di SMP yang tidak ternama di kota Banjarmasin. Bahkan jika ada orang yang bertanya, "Sekolah dimana de?", saya selalu menjawabnya dengan sangat sangat malu. Oleh karena itu, rasanya ingin pindah saja ke sekolah yang lebih memiliki gengsi. Tapi Tuhan berkata lain, rezeki saya tidak disana. Apa yang saya lakukan? Saya terus minder. Pada saat seperti inilah peran orang tua sangat vital. Ayah saya selalu mensupport saya untuk terus belajar dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, saya berhasil mendapatkan nilai-nilai yang bisa dibilang bagus.

Saat kelulusan SMP saya hendak sekali bersekolah di SMA yang paling diminati di kota Banjarmasin. Teman-teman saya mencoba meragukan saya bahwa saya tidak akan lolos seleksi untuk sekolah disana. Apalagi selama sejarah SMP saya dibangun, tidak pernah ada siswa yang lolos tes seleksi di SMA tersebut. Saya coba-coba saja ke sana. Apa yang terjadi? saya terkejut dan benar-benar bersyukur pada saat itu, karena saya berhasil lolos dari semua rangkaian tes yang ada di SMA tersebut. Terlebih lagi. pada zaman saya dahulu tesnya begitu ketat dan rival saya berasal dari sekolah-sekolah favorit di kota Banjarmasin dan sekitarnya.

Kejadian masa lalu itu menjawabkan keraguan saya, bahwa saat saya berada di universitas yang dianggap orang standar saja, saya yakin di masa depan nanti saya bisa mengangkat diri saya jauh lebih tinggi daripada sekarang.

Oleh karena itu, hidup itu tidak perlu banyak gengsi. Yang terpenting, hidup itu punya strategi. Perlu kerja keras, tapi lebih penting kerja cerdas dan tuntas.

Semoga cerita ini bisa menginspirasi kawan-kawan semua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELAWAN FITRAH WANITA DEMI KEHIDUPAN KELUARGA

PUNCAK EDELWEISS 2014