MELAWAN FITRAH WANITA DEMI KEHIDUPAN KELUARGA


Anisah, seorang juru parkir wanita di Rumah Makan Soto Ayam Lamongan, Kota Banjarmasin. (M. Linggaraka T.H.A.)

BANJARMASIN - Di hari yang panas menyengat, seorang wanita yang mengenakan kerudung, rompi jingga, dan bedak dingin di wajahnya, berdiri tegar untuk mengatur parkiran di Rumah Makan Soto Ayam Lamongan, Jalan Pramuka Kilometer 6 Kota Banjarmasin. Ia begitu ramah menyapa orang-orang, baik yang hanya sekedar lewat ataupun yang hendak memarkirkan kendaraan di lahan parkir rumah makan tersebut. Lebih dari seorang wanita pada umumnya, ia selalu berusaha untuk melawan fitrah dari seorang wanita yang lemah lembut dan feminim. Fisik dan mentalnya begitu kuat, sehingga ia mampu merapikan kendaraan di tempat tersebut dan bolak-balik menyeberangi jalan raya tanpa rasa takut.

Wanita kelahiran Banjarmasin pada 58 tahun silam ini bernama Anisah. Ia adalah seorang ibu yang memiliki satu orang anak dan ia juga menjadi seorang nenek karena memiliki 5 orang cucu. Suaminya bekerja sebagai tukang ojek yang rutin mengantarkan anak-anak Sekolah Dasar hingga remaja Sekolah Menengah untuk pergi ke sekolah. Anisah telah menjadi juru parkir selama 4 tahun terakhir karena tuntutan ekonomi. Selain suaminya yang hanya berprofesi sebagai tukang ojek, ia juga masih membiayai anaknya yang hanya sebagai ibu rumah tangga, meskipun anaknya telah menikah. "Saya sudah bekerja menjadi juru parkir dari tahun 2013. Saya memilih pekerjaan ini karena pekerjaan lain sangatlah sulit untuk dimasuki, sedangkan saya harus membantu pendapatan keluarga saya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari," katanya, Senin (14/12/2015).

Rumah Makan Soto Ayam Lamongan di Jalan Pramuka Kilometer 6, tempat berkerjanya Anisah sebagai juru parkir.

Tak bisa dipungkiri dalam beberapa tahun belakangan, Jalan Pramuka Kilometer 6 menjelma menjadi taman surga bagi para pedagang, sebagian besarnya adalah pedagang makanan. Di jalan tersebut terdapat berbagai jenis makanan yang dijual, sehingga semakin hari semakin banyak pula orang yang datang kesana. Untuk meningkatkan fasilitas keamanan karena jalan tersebut mulai dikenal sebagai tempat perdagangan, maka kebanyakan pedagang disana menerapkan juru parkir di tempat-tempat mereka. Hal itulah yang dimanfaatkan sebagian besar orang yang belum mendapatkan perkerjaan seperti Anisah sebelumnya. Menurut Anisah, dari hasil kerjanya menjadi juru parkir sekarang, ia mendapatkan 20 hingga 25 ribu rupiah perhari. "Saya bekerja disini setiap hari, saya mulai bekerja dari jam 7 pagi sampai waktu sholat zuhur. Sebenarnya upah dalam sehari bisa sampai 50 ribu, tapi karena kerjanya bergantian sama teman jadi hasilnya dibagi dua, sehingga saya dapatnya 25 ribu," ujarnya dengan logat bahasa banjar.

Berada di masa yang memiliki persaingan tinggi, Anisah tidak memiliki pilihan pekerjaan lain. Walau dengan penghasilan yang sangat pas-pasan, ia tetap bertahan pada pekerjaannya sebagai juru parkir. Untuk saat ini, ia tidak memiliki rencana untuk beralih profesi. Dirinya hanya berharap untuk tetap menjadi juru parkir dengan hasil yang meningkat. "Saya belum berencana untuk berganti profesi, karena pengalaman dan ilmu saya di bidang lain sungguh sangat kurang, untuk saat ini saya merasa nyaman jadi tukang parkir,” tuturnya.

Untaian harapan indah dari Anisah, pemerintah bisa membuat program pelatihan untuk masyarakat golongan bawah. Ia berpendapat, bagaimana masyarakat seperti dirinya bisa masuk ke perusahaan apabila tidak memiliki ilmu dan keterampilan khusus, sedangkan untuk sekolah saja mereka tidak selesai. Harapan lainnya yaitu pemerintah bisa memperhatikan kebutuhan pokok masyarakat golongan bawah, salah satunya dengan menurunkan harga sembako. Apabila harga sembako naik, mungkin bagi masyarakat menengah ke atas tidak menjadi masalah yang berarti. Akan tetapi, bagi masyarakat golongan bawah seperti Anisah, hal ini seakan menjadi beban baru bagi dirinya. Anisah sangat berharap harga sembako bisa diturunkan.

"Saya berharap bahwa pemerintah bisa melihat kondisi masyarakat bawah. Kami butuh bimbingan khusus dari pemerintah agar kami bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Kami juga harus makan-makanan yang bergizi untuk memenuhi kehidupan yang sehat, oleh sebab itu turunkanlah harga sembako. Kasihanilah kami yang hanya bisa bekerja dengan penghasilan yang tidak seberapa. Bukan hanya saya yang merasakan demikian, tetapi juga mereka yang menjadi tukang ojek, petani, nelayan, dan pedagang kecil lainnya," Ucapnya dengan penuh harapan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

GENGSI? BUAT APA?

PUNCAK EDELWEISS 2014